Bandar Lampung – Ketua Angkatan Muda Partai Golkar (AMPG) Lampung Aprozi Alam meminta Nizwar Affandi tak menjadi seperti ‘tong’ kosong nyaring bunyinya. Akibatnya selalu menilai kinerja Pemerintah Provinsi dari sudut pandang subjektifnya saja. Padahal pendapatnya juga belum tentu benar.
Pernyataan Aprozi Alam ini menanggapi kritik Nizwar Affandi yang menurutnya selalu bernada sinis terkesan menghakimi kinerja gubernur dan wakil gubernur Lampung untuk kepentingan politik saja. “Jangan jadi tong kosong nyaring bunyinya. Asbun alias asal bunyi. Kalau mengkritik harus objektif dengan niatan membangun, bukan untuk tujuan niatan yang buruk. Kalau niatannya gak bagus ya gak akan ada bagusnya kerja pemerintah,” tegas Aprozi Alam.
Oleh sebab itu, baginya pernyataan ‘tong kosong’ tak perlu direspon berlebihan. “Ya namanya tong kosong ngapain kita respon berlebihan. Memangnya apa yang sudah diperbuat Nizwar Affandi selain memasang baliho 9 jalan menuju masa depan?” tegas mantan Bendahara Golkar Lampung itu.
Ia menjelaskan pandemi Covid-19 melanda Tanah Air sejak awal tahun 2020. Musibah ini berdampak serius terhadap perekonomian, baik global, nasional maupun lokal (daerah).
Hampir semua kepala daerah merasa kesulitan dalam meningkatkan pembangunan karena hampir semua kekuatan fokus pada penangan pencegahan Covid-19. “Tapi Alhamdulillah di musim pandemi Covid-19 yang berlangsung dua tahun, Gubernur Lampung dan seluruh jajaran masih menunjukkan kinerja positif dengan berbagai indikator seperti peningkatan ekonomi, penghargaan dari pemerintah pusat dan sektor pertanian justru meningkat. Jadi, harus obyektif dalam menilai seseorang,” tegas Aprozi.
Mengabaikan faktor darurat kesehatan akibat Covid- 19, dalam menilai capaian kinerja pemerintah suatu daerah atau suatu negara akan membawa kepada penilaian yang kurang faktual atau kurang obyektif.
Sebagai rekan, Aprozi meminta Nizwar Affandi untuk belajar berpikir objektif dan berlapang dada. Dari sisi ekonomi, perkembangan ekonomi Lampung secara umum dapat dilihat dari aspek pertumbuhan, misalnya selama 5 tahun terakhir ini.
Capaian Pemprov Lampung
Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Lampung, perkembangan pertumbuhan ekonomi provinsi Lampung sejak tahun 2017 tumbuh sebesar 5,03 %, tahun 2018 sebesar 5,35 % dan pada 2019 tumbuh sebesar 5,60 %.
Pada tahun 2020 terjadi penurunan pertumbuhan menjadi sebesar -3,58 % dengan adanya pandemi Covid-19. Adapun untuk Tahun 2021, pertumbuhan ekonomi triwulan (TW) II-2021 secara _q-to-q_, artinya membandingkan antara TW II-2021 dengan TW 1-2021.
Provinsi Lampung pada TW II-2021 tumbuh 5,03%, membaik dibandingkan dengan kondisi TW I-2021 yang mengalami pertumbuhan -2,10%. Pertumbuhan TW II-2021 secara _q-to-q_ Provinsi Lampung paling tinggi di Sumatera yaitu sebesar 6,69%.
Hal ini memberikan indikasi umum bahwa program yang telah dilakukan Pemerintah Provinsi Lampung memberikan dampak positif pada pertumbuhan ekonomi Lampung.
Pertumbuhan ekonomi TW II-2021 secara y-on-y, artinya membandingkan kondisi TW II (April-Juni) 2021 dengan TW II (April-Juni) 2020. Pertumbuhan Ekonomi Lampung Triwulan II-2021 tumbuh sebesar 5,03%.
Ekonomi Provinsi Lampung pada triwulan III-2021 terhadap triwulan sebelumnya (_q-to-q_) mengalami pertumbuhan sebesar 2,07 persen. Sementara itu, Ekonomi Provinsi Lampung pada triwulan III-2021 terhadap triwulan III-2020 ( _y-on-y_ ) mengalami pertumbuhan sebesar 3,05 persen, dan ekonomi Provinsi Lampung sampai dengan triwulan III-2021 dibandingkan periode yang sama tahun 2020 ( _c-to-c_ ) mengalami pertumbuhan sebesar 2,04 persen.
Sektor pertanian di Lampung merupakan sektor yang penting. Oleh karenanya kebijakan di sektor pertanian menjadi salah satu prioritas utama. Berbagai upaya mendorong sektor pertanian, khususnya tanaman pangan, mulai menunjukkan hasil positif.
Sebagai bukti, pemerintah pusat memberikan apresiasi dan penghargaan Abdi Bakti Tani kepada Provinsi Lampung yang dinilai berhasil dalam peningkatan produksi padinya yaitu terbaik se-Indonesia. Dari produksi sebesar 2,5 juta ton di tahun 2019-2020 meningkat menjadi 2,7 juta ton.
Selain itu, perekonomian Lampung juga terbantu dengan cukup baiknya nilai investasi yang masuk ke Lampung.
Sesuai data Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Provinsi Lampung, pada semester pertama 2021 nilai investasi di provinsi Lampung mencapai sebesar 8,79 triliun atau 81,38 persen dari target 10,8 triliun. Kondisi ini mengindikasikan, Lampung sebagai provinsi ramah investasi walaupun dalam situasi pandemi.
Sementara itu, situasi umum ketenagakerjaan di Lampung tergambar dari angka pengangguran terbuka dan angkatan kerja.
Merujuk pada data BPS Provinsi Lampung tahun 2021, kondisi Tingkat Pengangguran Terbuka Lampung pada periode bulan Agustus 2020 – Agustus 2021, Jumlah Angkatan kerja 2021 di Provinsi Lampung sebanyak 4,494 juta orang dan Jumlah Angkatan kerja Agustus 2021 sebanyak 4,494 juta orang. Jumlah angkatan kerja bertambah 5.270 jiwa.
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Agustus 2020 sebesar : 4,67% (jumlah penganguran sebanyak 209,57 ribu orang). Tingkat Pengangguran Terbuka Agustus 2021 sebesar 4,69% (jumlah pengangguran sebanyak 210,63 ribu orang). Angkat Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dihitung berdasarkan jumlah pengangguran dibagi dengan Jumlah Angkatan kerja.
Pertambahan orang yang bekerja/pertambahan Lapangan pekerjaaan meskipun di kondisi Pandemi adalah 4.210 jiwa atau 4.210 lapangan pekerjaan baru yang tercipta selama Agustus 2020 sampai dengan Agustus 2021.
Hal ini dilakukan melalui upaya program kegiatan pembangunan ekonomi daerah terutama di sektor pertanian serta sektor perindustrian, perdagangan, pariwisata serta program peningkatan daya saing UMKM dan tenaga kerja.
Terkait dengan nilai tukar petani atau NTP, menurut Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura, Kusnardi mengatakan bahwasanya Nilai Tukar Petani (NTP) bukan suatu ukuran yang menggambarkan kesejahteraan petani.
NTP lebih mencerminkan kondisi kelimpahan atau kelangkaan suatu produk pertanian. Kalau NTP tinggi, kita melimpah barang. Kalau NTP rendah, barang kita kurang. Dengan demikian, untuk sektor pertanian, tantangannya adalah bagaimana meningkatkan produktivitas komoditas pertanian dan efisiensi pemasaran.
Semakin efisien pemasaran maka margin yang dinikmati petani jauh lebih besar walaupun harganya rendah, semakin tinggi produktivitas berarti semakin rendah biaya produksinya, maka, walaupun NTP nya rendah, petani tetap dapat menikmati, karena produksinya tinggi.
Tentu saja, dalam situasi yang kurang menguntungkan akibat pandemi Covid-19, pemerintah daerah di Indonesia, termasuk Lampung, dituntut untuk lebih efisien dalam penggunaan sumber daya keuangan dan sumber daya pembangunan lainnya, agar penanganan Covid-19 menunjukkan keadaan yang relatif terkendali sekaligus tetap menjaga tumbuhnya aktivitas ekonomi masyarakat.
Dan saat ini, seiring melandainya penularan Covid-19, pertumbuhan ekonomi Lampung mulai terlihat. “Dan saya optimis, bila pandemi berakhir, pertumbuhan ekonomi Lampung akan meningkat tajam dan pembangunan di daerah akan dirasakan masyarakat,” jelasnya.
Tinggalkan Balasan