Jakarta – Ekonomi Amerika Serikat (AS) anjlok 4,8% pada kuartal pertama tahun ini, menjadi bukti bahwa wabah COVID-19 mampu melumpuhkan ekonomi negara Produk Domestik Bruto (PDB) terbesar di dunia tersebut.
Ini menjadi PDB negatif yang kedua bagi AS setelah kuartal I-2014, yang saat itu minus 1,1%. Bahkan, capaian kuartal I-2020 ini menjadi yang terburuk sejak krisis finansial 2008, di mana PDB AS minus 8,4% pada kuartal IV-2008.

Ekonom dalam survei Dow Jones telah memperkirakan, PDB Negara Adidaya tersebut bakal terkontraksi alias minus -3,5%. Kontraksi ekonomi menunjukkan bahwa aktivitas ekonomi sebuah negara tidak bertambah dan bahkan menyusut.
Komponen yang menyeret jatuh ekonomi AS adalah belanja konsumen, investasi asing di pasar obligasi, ekspor dan inventori. Sebaliknya, investasi domestic di pasar surat utang dan belanja pemerintah AS membantu mengerem laju penurunan ekonomi.
Belanja masyarakat yang saat ini menyumbang 67% dari PDB AS terpelanting hingga 7,6% pada periode kuartal I-2020 menyusul penutupan toko dan restoran akibat karantina wilayah (lockdown) parsial.
Secara teoritis, saat ini AS belum terkategori masuk jurang resesi, karena biasanya predikat ‘resesi’ baru disematkan ketika ekonomi turun selama dua kuartal berturut-turut. Pada kuartal IV-2019, ekonomi AS tercatat masih tumbuh 2,1%.
Namun, suara mengenai resesi kian menguat karena efek pandemi COVID-19 baru tercermin pada beberapa pekan terakhir saja sehingga kurang mencerminkan situasi. Apalagi, Biro Analisis Ekonomi AS mengakui bahwa pembacaan awal ini kemungkinan tidak akurat. (Net)
Tinggalkan Balasan